​Cinta tak berbalas

22 10 2017

Jalan berliku,  tanah sirtu dan jembatan rusak setiap hari dilaluinya.  Dari terminal ke arah Rangas,  kemudian menyusuri pinggiran pantai melewati Sumare dan berakhir di ujung Tapandulu itulah rute yang selalu ia jalani. Sampai pada penghujung jalan, berbatasan dengan laut.

Raga tua tak menyurutkan niatnya.  Anak-anak sekolah pun ditawarinya untuk menumpang.  Terkadang satu atau dua anak menumpang terkadang juga dia berangkat dan pergi tanpa penumpang. 

Salah satu potongan rute yang dilewati Damri Mamuju-Tapandullu

Damri,  angkutan tua dengan pelayanan ekstra ini adalah wujud cinta pemerintah kepada rakyatnya.  Dengan tagline angkutan rintisan,  ia membantu memudahkan mobilisasi masyarakat.  Namun sayang,  di kota ini kehadirannya tidak begitu dillihat oleh penduduk.  Saat ditanya berapa rata-rata jumlah penumpangnya,  sopir pun menjawab nol. Masyarakat ternyata belum familiar dengan angkutan ini. 

Lalu bagaimana penduduk itu melakuakan mobilitas?.  Biasanya mereka menggunakan motor/mobil milik pribadi atau angkutan sewa sebagai alat transportasi. Dengan waktu tempuh sekitar satu jam, biaya yang dikeluarkan pun aduhai. Namun penduduk masih menggunakan angkutan sewa dengan alasan fleksibilitas waktu. 

Merugikah perusahaan otobus ini? Kalau rugi pasti iya, namun janji pemerintah tentang konektivitas antar wilayah bukan hanya semata-mata berbicara untung atau rugi. Tinggal bagaimana melakukan strategi optimalisasi aktivitas bisnisnya. Halte sudah ada, armada tersedia, namun masyarakat enggan menggunakannya, lalu salah siapa?

Menurut saya, dibutuhkan perhatian ekstra terkait sosialisasi dan promosi angkutan perintis ini. Pemda hendaklah melakukan sosoalisasi melalui unit pemerintahan terkecil yang ada, pemerintah desa misalnya. Ceritakan tentang adanya angkutan rintisan yang siap memudahkan mobilitas penduduk. Karena masyarakat ternyata masih banyak yang belum  tahu tentang keberadaan angkutan ini.

Hal lain yang perlu dievaluasi adalah terkait jadwal keberangkatan. Dalam papan tertulis jadwal keberangkatan pukul 09.00 dari Mamuju, dan pukul 07.00 keesokan harinya dari Tapandullu. “Karena armada ke arah Tapandullu hanya satu saja, jadi ya harus bermalam”, tutur staf angkutan yang saya tanya tentang jadwal keberangkatan tersebut. Namun prakteknya, meleset. Kadang-kadang bus berangkat pukul 11.00 kadang juga tidak berangkat seperti kejadian saya waktu itu. Nah kejadian bus tidak berangkat ini yang menjadikan orang kapok. Bagaimana tidak sudah berharap di pinggir halte, membawa banyak komoditi pertanian yang akan dijual ke pasar, eee gak ada bis nya. Disitu saya dapat merasakan kesedihanya. 





Resensi: Bella dan Balon Merah

22 10 2017

Cover buku

Pada era digital ini saya lihat kegemaran membaca buku orang dewasa menurun. Banyak toko buku gulung tikar, bahkan publisher kenamaan pun melalukan obral besar-besaran. Semoga saja hanya terjadi pergeseran media baca saja ya, dari media cetak yang beralih ke media elekteonik. Karena perasaan saya dahulu apabila pergi naik kendaraan umum atau sedang menunggu antrian aktivitas tebaik yang dilakukan untuk menghilangkan bosan adalah membaca buku. Di sudut-sudut keramaianbakan dijumpai orang-orang yang membawa buku. Sekarang? Orang-orang lebih khusyu menekuri telepon selular nya.

Dalam rangka mengembangkan minat baca pada anak-anak saya berusaha untuk mencari buku yang menarik. Beberapa buku sukses mendapatkan perhatian dan dibuka berulang kali, namun banyak juga buku yang hanya dilipat atau disobek halamannya. Sedih banget rasanya kalau buku itu rusak, tapi akan lebih sedih lagi kalau buki tersebut hanya terpampang rapi pada raknya. Tak tersentuh sampai halamannua menguning.

Nah salah satu buku yang sukses menarik perhatian anak saya (2tahun ++) adalah buku Bella dan Balon Merah ini. Buku terbitan Rabbit Hole ini menggunakan kertas yang cukup tebal sehingga tidak mudah sobek.

lustrasi dalam buku ini sederhana. Didominasi dengan gambar yang besar, warna-warna yang cerah dan pemilihan jenia tulisan yang sederhana membuat buku ini menarik perhatian anak. Hal tersebut memudahkan bagi anak yang mulai belajar membaca.

Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang sedang merayakan ulang tahun. Kemudian segerombolan balon ulang tahunnya terbang. Anak tersebut mencari balonnya, dan menemukan si balon merah yang bertengger di atap rumah keluarga beruang. Balon tersebut tersangkut tepat pada atap yang bocor, sehingga air hujan tidak menetes ke dalam rumah keluaraga beruang. Di sini anak diminta menentukan jalan ceritanya sendiri, mau mengambil balon atau membiarkannya. Setiap pilihan akan memiliki akhir cerita masing-masing.

Halaman pemilihan cerita

Selain menghadirkan cerita yang menarik, buku ini juga memberikan halaman aktivitas. Menarik bukan? Baby T suka sekali membuka buku ini, dan menceritakan kembali tentang balon merah Bella. 

Yuk bacakan cerita pada anak kita sedini mungkin! Agar kecintaan terhadap buku semakin kuat. 





Sekaten dan Alat Masak Gerabah

22 10 2017

Berbicara tentang kerinduan masa lalu, otak saya akan kembali ke masa 20 tahun silam, ada tradisi yang hampir tak pernah saya lewatkan setiap tahunnya, pergi ke sekaten. Sekaten dengan cara membaca ten seperti  membaca ten pada bahasa inggris untuk angka sepuluh. Tradisi perayaan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW hanya diadakan pada keraton Surakarta dan Yogyakarta. Sekaten ditandai dengan pembunyian gamelan khusus sekaten mulai tanggal 5 maulud selama satu pekan sampai tanggal 12 Maulud.

Puncak dari acara sekaten adalah Grebeg Mauludan yang dilakukan pada tanggal 12 tersebut. Grebeg Maulud adalah mengeluarkan gunungan yang berisi makanan, sayur dan buah untuk dibagikan kepada masyarakat. Sebelum dibagikan gunungan tersebut telah didoakan di masjid Agung. Masyarakat percaya bahwa bagian gunungan tersebut dapat memberikan berkah. Maka mereka pun rela berebut demi mendapatkan bagian dari gunungan tersebut.

800px-Sekaten_Yogyakarta_2011_1

Sekaten, foto diambil dari solopos.com

Sebagai seorang siswi Sekolah Dasar, yang menarik bagi saya bukanlah tabuhan gamelan atau perebutan gunungan. Ada rangkaian acara lagi yang lebih menyenangkan, yaitu penyelenggaraan pasar malam. Pasar malam Sekaten diadakan pada alun-alun Utara Keraton Surakarta. Bagi saya ini adalah Sekaten yang sebenarnya, pasar malam ini lebih besar dan lebih meriah dibandingkan dengan pasar malam lainnya.

Pada pasar malam ini digelar aneka jenis permainan anak, mulai dari komidi putar, ombak banyu, kereta kelinci, biang lala, lempar gelang, sampai tong setan. Karena saya anak yang kurang suka bermain dengan adrenalin maka permainan yang saya mainkan hanyalah komidi putar dan kereta kelinci. Bianglala, ombak banyu dan rumah hantu terlalu mengerikan bagi saya. Sedangkan permainan sejenis lempar gelang berbau perjudian kata orang tua saya. Sesekali saya pun melihat atraksi pemain mengendarai sepeda motor pada tong setan, tentunya didampingi oleh orang dewasa.

Selain permainan dijajakan pula aneka makanan, mainan dan pakaian. Makanan yang selalu saya bawa pulang dari Sekaten adalah arum manis, gula-gula kapas dengan warna merah muda tak pernaj bosan untuk dinikmati. Selain membawa pulang arum manis, biaasanua saya juga akan merengek untuk membeli mainan. Dari puluhan jenis mainan yang dijual pilihan saya akan jatuh pada miniatur set alat masak yang terbuat dari gerabah. Bukankah hobi memasak saya sudah terlihat sejak kecil? Set alat masak tersebut terdiri dari kompor, piring, mangkuk, pengukus, wajan, sendok, gelas, dan teko. Mainan tersebut di cat dengan warna yang mencolok, merah, kuning, biru, oranye. Bau cat dan gerabah yang dibakar begitu khas dan masih dapat saya ingat sampi sekarang.

images (2)

Alat masak gerabah, foto dari bukalapak.com

Dan karena orang tua saya sangat mengingay kegemaran saya ini, saat saya pulang kampung kemarin Bapak membelikan set alat memasak tersebut untuk kedua cucu perempuannya. Namun sayang maianan tersebut tidak dapat dibawa ke tanah rantau. Lagi-lagi karena over bagasi. Entah mengapa kami selalu datang ke kampung dengan koper setengah kosong, namun kembali dengan koper penuh dan tentengan plus plus. Mungkin barang-barang kami beranak pinak saat berada di kampung. Semoga kesempatan mudik mendatang kami dapat mengaja anak-anak napak tilas kegemaran ibunya saat kecil.